PERCOBAAN III
A.
JUDUL : Pemisahan dan Penentuan Kadar
Asam Lemak
dari Sabun
B.
TUJUAN : Agar
mahasiswa dapat memahami pengunaan dan
prinsip kerja ekstraksi
C.
DASAR
TEORI
Pengertian
Asam Lemak
Asam lemak (bahasa
Inggris: fatty acid, fatty acyls) adalah senyawa alifatik
dengan gugus karboksil.
Bersama-sama dengan gliserol,
merupakan penyusun utama minyak nabati atau lemak dan merupakan bahan baku
untuk semua lipida pada makhluk hidup. Asam ini mudah dijumpai dalam minyak
masak (goreng), margarin, atau lemak hewan dan menentukan nilai gizinya. Secara
alami, asam lemak bisa berbentuk bebas (karena lemak yang terhidrolisis) maupun
terikat sebagai gliserida. [1]
Asam
lemak merupakan asam lemah, yang di dalam air akan terdisosiasi sebagian.
Umumnya asam lemak berfase cair atau padat pada suhu ruang (27 °C). Semakin
panjang rantai karbon penyusunnya, semakin mudah membeku dan juga semakin sukar
larut. Asam lemak dapat bereaksi dengan senyawa lain membentuk persenyawaan
lipida. [2]
Asam lemak merupakan sekelompok senyawa
hidrokarbon yang berantai panjang dengan gugus karboksilat pada ujungnya. Asam
lemak memiliki empat peranan utama. Pertama, asam lemak merupakan unit penyusun
fosfolipid dan glikolipid.
Molekul-molekul
amfipatik ini merupakan komponen penting bagi membran biologi.Kedua, banyak
protein dimodifikasi oleh ikatan kovalen asam lemak, yang menempatkan
protein-protein tersebut ke lokasi-lokasinya pada membran . Ketiga, asam lemak
merupakan molekul bahan bakar. [3]
Sifat-sifat
Asam lemak
Asam
lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi
(memiliki rantai karbon lebih dari 6). Asam lemak dibedakan menjadi asam lemak
jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal
di antara atom-atom karbon penyusunnya, sementara asam lemak tak jenuh memiliki
paling sedikit satu ikatan rangkap diantara atom-atom karbon penyusunnya. Kedua
jenis ikatan dalam asam lemak inilah yang menyebabkan perbedaan sifat fisik
antara asam lemak satu dengan lainnya.
Keberadaan
ikatan rangkap dan panjang rantai ini menyebabkan asam lemak penyusun lipida
memiliki dua jenis wujud yang berbeda pada suhu ruang. Dua wujud lipida yang
sering kita temukan adalah lemak dan minyak. Lemak pada suhu ruang berwujud
padat sedangkan minyak pada suhu ruang berwujud cair.
Gambar : Bentuk lipida dalam kehidupan
sehari-hari
Lemak
umumnya disusun oleh asam lemak rantai panjang yang memiliki ikatan tunggal atau
jenuh sedangkan minyak banyak disusun oleh asam lemak rantai panjang dengan
ikatan rangkapatau tak jenuh.
Kedua
asam lemak tersebut jelas memiliki perbedaan sifat fisik dan kimianya, beberapa
struktur dan sifat dari kedua senyawa tersebut disajikan dalam tabel di bawah
ini.
Tabel Sifat Fisik dan Struktur Asam
Lemak Jenuh
dan Tidak Jenuh
Rumus
Asam Lemak
Asam
lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat dengan rumus kimia R-COOH or R-CO2H.
Contoh yang cukup sederhana misalnya adalah H-COOH yang adalah asam format, H3C-COOH
yang adalah asam asetat, H5C2-COOH yang adalah asam
propionat, H7C3-COOH yang adalah asam butirat dan
seterusnya mengikuti gugus alkil yang mempunyai ikatan valensi tunggal,
sehingga membentuk rumus bangun alkana.
CH3 – (CH2 )n –
CH2 – CH2 – C
Rumus Umum Asam Lemak
Beberapa rumus asam lemak
ikatan jenuh dan ikatan tak jenuh
Ø Ikatan
Jenuh
- Butirat CH3 (CH2)2 CO2H
- Palmitat CH3 (CH2)14 CO2H
- Stearat CH3 (CH2)16 CO2H
Ø Ikatan
Tak Jenuh
- Palmitoleat CH3 (CH2)5 CH=CH (CH2)7 CO2H
- Oleat CH3 (CH2)7 CH=CH (CH2)7 CO2H
Pengertian
Ekstraksi
Ekstraksi
adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan
pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang
diinginkan tanpa melarutkan material lainnya.[4]
Ekstraksi
adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap
dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya
pelarut organik.[5]
Ekstraksi
adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat
terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat
terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain.[6]
Seringkali
campuran bahan padat dan cair (misalnyabahan alami)tidak dapat atau sukar
sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan.
Misalnya saja,karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka
terhadap panas,beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam
konsentrasi yang terlalu rendah.
Prinsip
Kerja
Prinsip dasar ekstraksi adalah distribusi zat
terlarut dalam dua pelarut yg tidak bercampur. Ekstraksi
pelarut umumnya digunakan untuk
memisahkan sejmlah gugus yang diinginkan dan mungkin merupakan gugus pengganggu dalam analisis secara keseluruhan. Kadang-kadang gugus-gugs pengganggu ini diekstraksi secara selektif.
Dalam
percobaan ini prinsip kerjanya adalah menggunakan metode pemisahan komponen
dari suatu campuran dengan menggunakan suatu pelarut dimana zat terlarut
(solut) atau bahan yang dipisahkan terdistribusi diantarakedua lapisan (organik
dan air) berdasarkan kelarutan relatifnya.
Titrasi
Asam Basa
Titrasi
merupakan salah satu teknik analisis kimia kuantitatif yang dipergunakan untuk
menentukan konsentrasi suatu larutan tertentu, dimana penentuannya menggunakan
suatu larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya secara tepat.
Pengukuran volume dalam titrasi memegang peranan yang amat penting sehingga ada
kalanya sampai saat ini banyak orang yang menyebut titrasi dengan nama analisis
volumetri. [7]
Gambar : Alat Titrasi
Titrasi asam basa
melibatkan reaksi antara asam dengan basa, sehingga akan terjadi perubahan pH
larutan yang dititrasi. Secara percobaan, perubahan pH dapat diikuti dengan
mengukur pH larutan yang dititrasi dengan elektrode pada pH meter. Reaksi
antara asam dan basa, dapat berupa asam kuat atau lemah dengan basa kuat atau
lemah, meliputi berikut ini ;
Tabel : Harga pH titik ekivalen titrasi
asam basa
Dari pH titik ekivalen
tersebut dapat dipilih indikator untuk titrasi asam basa yang mempunyai harga
kisaran pH tertentu. Indikator asam basa merupakan asam organik lemah dan basa
organik lemah yang mempunyai dua warna dalam pH larutan yang berbeda. Pada
titrasi asam dengan basa, maka indikator yang digunakan adalah asam kedua yang
merupakan asam yang lebih lemah dan konsentrasi indikator berada pada tingkat
kecil. [8]
Pada titrasi asam dengan
basa, indikator (asam lemah) akan bereaksi dengan basa sebagai penitrasi
setelah semua asam dititrasi (bereaksi) dengan basa sebagai penitrasi.
D.
ALAT
DAN BAHAN
Ø Alat
Corong
Pisah Timbangan Analitik Statif dan Klem
Gelas
Kimia Kaca Arloji
Gelas Ukur
Erlenmeyer
Pipet Tetes
Penangas
Buret Batang Pengaduk
Ø Bahan
1. n-heksana
Sifat : bersifat non polar,
mudah menguap, memiliki kepolaran yang rendah dan tidak berwarna.
2. Metanol
(CH3OH)
Sifat : sebagai pelarut
polar, mudah menguap, tidak berwarna, mudah terbakar, beracun, memiliki bau yang
khas, dan berbentuk cairan yang ringan.
3. Aquades
Sifat : memiliki kemampuan
untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam,
gula, asam
beberapa
jenis gas dan banyak macam molekul
organik.
4. Sabun
Sifat : bersifat basa, tidak
berbuih di air sadah, mudah
larut dalam air, dan bersifat membersihkan
5. Indikator
penoftalen
Sifat : suasana asam : tidak
berwarna
suasana basa : berwarna
merah muda terang dan netral
merupakan asam lemah
6. NaOH
Sifat : merupakan senyawa
yang bersifat basa kuat, berwarna
putih, keras, rapuh,
menunjukkan pecahan hablur,
mudah larut dalam
air dan etanol tapi tidak larut dalam
eter, dan mudah
terionisasi membentuk Na+ + OH-
7. NaCl
Sifat : merupakan senyawa
yang bersifat asam kuat, asin,
rapuh (mudah
hancur), larut dalam air dan larutannya
merupakan elektrolit
kuat karena terionisasi sempurna
dalam air.
E.
PROSEDUR
KERJA
-
Mepotong kecil-kecil
-
Menimbang sebanyak 0,5 gr
-
Ditambahkan air sebanyak 400 mL
-
Ditambahkan penoftalen 1-3 tetes
-
Dipanaskan hingga hampir mendidih
-
Didinginkan
-
Diencerkan
sampai 500 mL
-
Diambil sebanyak 20 mL
-
Dimasukkan kedalam corong pisah
-
Ditambahkan n-heksana sebanyak 10 mL
-
Dikocok
-
Ditambahkan NaCl jenuh (emulsi)
-
Dikocok kembali
-
Dipisahkan lapisan n-heksana
- Diekstraksi
dua kali - ditambahkan n-
air 10 mL
sebanyak 3
kali
- Ditambahkan
metanol
- Ditambahkan
n-heksana 5 mL - Dikocok
- Dipisahkan lapisan
n-heksana
- Dibiarkan - Ditambahkan 2
- Dibuang
lapisan air tetes indikator
pp
- Dibuang
lapisan air
- Dititrasi
dengan NaOH
F.
HASIL
PENGAMATAN
Ø Data Standarisasi NaOH dan H2C2H4
0,01 N
No
|
V
H2C2H4 0,01 N (mL)
|
V
NaOH (mL)
|
Rata-Rata
mL
|
1.
|
25
|
23
|
|
2.
|
25
|
25
|
Dasar
Reaksi
H2C2H4
+ 2NaOH Na2C2O4
+ 2H2O
N (NaOH) x V (NaOH) = N (C2H2O4) x V (C2H2O4)
N1 x V1
=
N1 x V1
= N2 x V2
N1 =
=
=
Ø Analis Pengamatan
Perlakuan
|
Hasil penagamatan
|
· Memotong
sabun
· Menimbang
0,5 gr
· Melarutkan
dalam 400 mL air suling
· Menambahkan
1-3 tetes penoftalen
· Memanaskan
hingga hampir mendidih
· Mendinginkan
· Mengencerkan
menjadi 500 mL
· Mengambil
20 mL larutan sabun
· Memasukkan
dalam corong pisah
· Menambakahn
10 mL n-heksana
· Mengocok
· Menambahkan
10 mL larutan NaCl jenuh
· Mengocok
kembali
· Memisahkan
lapisan n-heksana
Ekstraksi
Kedua
Lapisan n-heksana
· Menambahkan
air 10 mL
· Memasukkan
kedalam corong pisah
· Menambahkan
indikator pp
· Menambahkan
air 10 mL kembali sebanyak 2 kali
Lapisan Air
· Menambahkan
n-heksana 5 mL
Lapisan n-heksana
· Menambahkan
metanol pada lapisan n-heksana
· Mengocok
· Membiarkan
beberapa menit
· Memisahkan
lapisan n-heksana
· Menambahkan
2 tetes indikator pp
· Menitrasi
dengan NaOH 0,01 N
|
·
Sabun menjadi potongan kecil-kecil
·
Sabun larut sebagian dalam air dan air
menjadi keruh kekuningan
·
Warna larutan menjadi merah muda
·
Sabun larut sempurna
·
Larutan berbuih
·
Terbentuk lapisan atas (fasa organik)
dan lapisan bawah (fasa air)
·
Larutan berbuih
·
Larutan tidak lagi berbuih dan kedua
fasa (organik dan air) menjadi bening
·
Lapisan atas (fasa organik)
·
Terbentuk dua fasa
·
Larutan menjadi warna ungu tua
·
Larutan menjadi warna ungu muda
·
Larutan menjadi warna ungu keruh
·
Terbentuk dua fasa (organik dan air)
·
Terbentuk dua fasa (organik dan air)
·
Warna larutan bening
·
Warna larutan menjadi ungu tua pada
volume 0,5 mL
|
Ø Titrasi Eksrtaksi n-heksana yang
Mengandung Asam Lemak dengan NaOH
No
|
V
n-heksana (mL)
|
V
NaOH (mL)
|
Rata-Rata
mL
|
1.
|
3
|
0,5
|
0,5
|
Dasar
Reaksi
C17H35COOH + NaOH C17H35COONa + H2O
mmol C17H35COOH = mmol NaOH
mol C17H35COOH =
mol NaOH
N1 x V1
=
N1 x V1
= N2 x V2
N1 =
=
=
% asam lemak =
=
=
= 0,0043136 x 100 %
= 0,43 %
G.
PEMBAHASAN
Pada
percobaan ini bahan utama yang digunakan adalah sabun, dalam hal ini sabun yang
digunakan oleh kelompok kami (kelompok III) adalah sabun Nuvo. Prinsip kerja pada percobaan ini Merupakan metode pemisahan
campuran senyawa terlarut dalam dua
jenis pelarut yang tidak saling
bercampur, karena adanya perbedaan koefisien distribusi senyawa terlarut
didalam masing-masing pelarutan tersebut sehingga terjadi pemisahan
Langkah
awal memotong sabun menjadi potongan kecil-kecil dengan tujuan agar sabun ini
cepat larut dalam air. Selanjutnya menimbang ± 0,5 gr dan melarutkannya dalam
400 mL air. Sabun yang dilarutkan hanya terlarut sebagian dan warna air menjadi
keruh kekuningan. Warna air menjadi lkeruh kekunuingan dikarenakan warna dari
sabun yang digunakan berwarna kuning.
Larutan
sabun ini selanjutnya ditambahkan indikator phenoftalen (pp) sebanyak 1-3
tetes. Penambahan indikator pp ini untuk menidentifikasi sifat basa dari sabun
tersebut. Hasil pengamatan yang di peroleh adalah warna larutan menjadi
berwarna merah muda.
Larutan setelah
pemanasan
Agar
sabun dapat larut sempurna dalam air maka harus dipanaskan. Langkah selanjutnya
mendinginkan larutan, pada saat pendinginan larutan sabun berbuih. Larutan
diencerkan menjadi 500 mL sehingga buih-buih tadi hilang dengan adanya
pengenceran tersebut.
Larutan
sabun yang telah diencerkan diambil sebanyak 20 mL dan ditambahkan 10 mL
n-heksana. Penambahan n-heksana karena n-heksana bersifat non polar sehingga
dapat menarik asam-asam lemak bebas pada sabun. Hasil pengamatan yang diperoleh
terbentuk dua fasa yaitu fasa organik n-heksana pada lapisan atas dan fasa air
pada lapisan bawah.
Pada
proses pengocokkan terbentuk buih dari sabun sehingga larutan tersebut
ditambahkan NaCl jenuh. Penambahan NaCl jenuh bertujuan untuk menghilangkan
emulsi (buih sabun) pada pengotor dan menetralisir pH dari larutan yang
ditandai dengan perubahan warna larutan dari merah muda menjadi bening.
Larutan setelah
penambahan NaCl
Selanjutnya
dipisahkan lapisan n-heksana dan dilakukan ekstraksi kedua. Untuk ekstraksi
kedua pada lapisan n-heksana ditambahkan 10 mL air sehingga terbentuk dua fasa
kembali yaitu fasa organik dan fasa air. Ditambahkan lagi dengan indikator pp
sebanyak 2 tetes sehingga larutan menjadi warna ungu tua.penambahan air pertama
untuk menghilangkan sifat kebasaaan dari air.
Penambahan air
pertama
Selanjutnya
ditambahkan lagi air sebanyak 10 mL dan warna larutan yang dipisahakan menjadi
warna ungu muda. Penam,bahan air yang kedua bertujuan untuk menarik
pengotor-pengotor yang bersifat polar pada n-heksana.
Penambahan
air kedua
Selanjutnya
ditambahkan penambahan air yang ketiga kalinya dan warna larutan menjadi ungu
keruh.
Penambahan
air ketiga
Pada lapisan fasa air ditambahkan n-heksana
sebanyak 5 mL dan terbantuk dua fasa kembali yaitu fasa organik dan fasa air.
Pada lapisan n-heksana dari pemisahan ekstraksi kedua setelah penambahan air
ketiga kalinya larutan n-heksana ditambahkan 20 mL metanol. Penambahan metanol
ini bertujuan untuk menarik pengotor-pengotor yang bersifat basa polar pada
n-heksana.
n-heksana pada lapisan atas dan
metanol pada lapisan bawah
Selanjutnya lapisan n-heksana dipisahakan dan
ditambahkan dengan indikator pp sebanyak 2 tetes namun warna larutan tetap
masih bening. Selanjutnya larutan n-heksana dititrasi dengan NaOH 0,01 N,
sebelum dititrasi maka larutan NaOH harus distandarisasi terlebih dahulu dengan
asam oksalat (C2H2O4 ), tujuan dilakukan
standarisasi adalah untuk mengetahui konsentrasi dari NaOH (titran) benr-benar
0,01 N.
Pada proses titrasi warna lutan menjadi
berwarna ungu tua dan volume yang NaOH yang terpakai untuk menitrasi sebanyak
0,5 mL. Tujuan dilakukannya titrasi adalah untuk mengetahui kadar asam lemak
dari sabun pada n-heksana.
Berdasarkan dari hasil perhitungan didapatkan
Normalitas dari NaOH adalah 0,0104167 N dan Normalitas dari asam lemak adalah 0,0017361
N serta % asam lemak pada sabun sebanyak 43 %.
H.
KESIMPULAN
Setelah
melakukan praktikum, praktikan dapat menyimpilkan bahwa:
Pada proses ekstraksi penambahan air pertama
warna larutan berwarna ungu tua, penambahan air kedua warna larutan berwarna
ungu muda dan penambahan air ketiga warna larutan berwarna ungu keruh.
Pada proses titrasi warna larutan n-heksana
dari yang bening menjadi warna ungu pada volume 0,5 mL NaOH yang digunakan.
Normalitas NaOH sebanyak 0,0104167 N dan
Normalitas asam lemak sebanyak 0,0017361 N.
Kadar asam lemak yang terkandung pada sabun
(sabun Nuvo) sebanyak 0,43
%.
I.
KEMUNGKINAN
KESALAHAN
Kurangnya ketelitian praktikan dalam hal
mengukur bahan percobaan baik sabun, n-heksana, indikator pp, metanol maupun
aquades.
Kurangnya ketelitian praktikan
dalam hal mengamati setiap perubahan yang dihasilkan.
Kurangnya ketelitiaan praktikan dalam hal
menentukan dan menghitung kadar asam lemak yang ada pada sabun.
Gorontalo, 20 - Apr - 2012
Praktikan
Nama : Nuryan Taha
NIM : 441 410 035
Jurusan
: Kimia / B
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,
2012, http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_lemak,
diakses pada tanggal 18-Apr-2012 pukul 17.01 WITA
Zulfikar,
2010, http//www.Asam Lemak _ Chem-Is-Try.Org _ Situs Kimia Indonesia
_.html, diakses pada tanggal 18-Apr-2012 pukul 17.05 WITA
Anonim,2009,
http://www.membuatblog.web.id/2010/02/asam-lemak.html,
diakses pada tanggal 18-Apr-2012 pukul 17.25 WITA
Devi
Nandya Utami, 2012, http//.blogspot._Ekstraksi - Majari
Magazine.html, diakses pada tanggal 18-Apr-2012 pukul 17.16 WITA
Stefhan
Bobby R's, 2010, http//.Ekstraksi.blog.html, diakses
pada tanggal 18-Apr-2012 pukul 17.08 WITA
Suparni
Setyowati Rahayu, 2009, http//www._Ekstraksi _ Chem-Is-Try.Org _
Situs Kimia Indonesia _.html, diakses pada tanggal 18-Apr-2012 pukul 17.35 WITA
Anonim,
2009, http//:blogger./Apa itu Titrasi _ Kimia Analisa.html, diakses pada tanggal
18-Apr-2012 pukul 17.42 WITA
Adam
Wiryawan, 2011, http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/instrumen_analisis/titrasi-asam-basa/prinsip-titrasi-asam-basa/, ,
diakses pada tanggal 18-Apr-2012 pukul 17.56 WITA
Astin
Lukum, 2006, Bahan Ajar Dasar-dasar Pemisahan Analitik, Gorontalo :
Universitas Negeri Gorontalo
Team Teaching, 2012, Penuntun Praktikum
Dasar-dasar Pemisahan Analitik, Gorontalo: Universitas Negeri
Gorontalo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar